.

Hati – hati dengan LIDAH


Lisan, kata ulama besar Imam Ghazali, merupakan kenikmatan besar yang dianugerahkan kepada manusia. Dengan lisannya manusia bisa berbicara, sehingga mampu berkomunikasi dengan lancar di antara sesamanya. Dengan lisan pula seseorang bisa dibedakan apakah ia Muslim atau non-Muslim. Pengucapan Syahadatain adalah buktinya. Menurut Ghazali, sekalipun seseorang meyakini ajaran Islam, akan tetapi jika tidak mengucapkan Syahadatain, maka belumlah dikatakan Muslim.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Wahai Rasulullah, perbuatan apakah yang akan menjagaku dari kebinasaan?'' Rasulullah SAW menjawab, ''Berimanlah kamu kepada Allah dan beristiqamahlah dalam memegang ajaran-Nya.''

Kemudian sahabat tersebut bertanya lagi, ''Wahai Baginda Rasul, perilaku apakah yang engkau khawatirkan atas diriku?'' Rasulullah SAW memberikan jawaban dengan mengisyaratkan pada lisannya. Lisan memang mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam kehidupan. Perang dan damai, persahabatan dan permusuhan, serta hal-hal lainnya yang menyangkut nasib hidup bisa berawal dari lisan.

Alquran dan hadis telah memberi petunjuk supaya dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah kita senantiasa menjaga lisan, baik dari sikap riya maupun mengeluarkan perkataan yang menyakiti orang lain. Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang-orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia ....'' (QS 2: 264). Demikian halnya dalam bermuamalah, baik kepada orang tua, maupun kepada sesama, sebagaimana arahan Lukman kepada anak-anaknya.

''Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.'' (QS 31: 19). Dalam sebuah hadis dikisahkan, ada seseorang yang selalu berbuat baik dan gemar bersedekah. Tapi, di akhir hayatnya ia mendapatkan kebinasaan, dikarenakan ia selalu mengumbar amalnya, serta menyakiti saudara yang telah ditolongnya. Sabda Rasul lainnya menyatakan bahwa menjaga lisan adalah salah satu tanda seseorang yang taat kepada Allah dan beriman kepada Hari Akhir. Ujar beliau, ''Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah dengan perkataan yang baik atau diam.''

Dalam hadis lain dijelaskan bahwa tanda-tanda orang munafik adalah senantiasa mengumbar janji dengan tidak menepati janji yang ia ucapkan. Demikianlah peran lisan. Ia bisa bermanfaat namun bisa pula menimbulkan malapetaka. Yang terakhir ini termasuk menyebarkan gosip untuk memprovokasi orang lain sehingga timbul gejolak yang merugikan masyarakat banyak. Untuk itu, sebaik-baiknya perangai seorang Muslim adalah meninggalkan perbuatan --baik perkataan ataupun perilaku-- yang tidak bermanfaat.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori nasihat dengan judul Hati – hati dengan LIDAH. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://usyahya.blogspot.com/2012/02/hati-hati-dengan-lidah.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown -