Hati bukanlah semata-mata segumpal daging, namun di dalamnya terdapat kesadaran lembut yang Allah titipkan dalam tubuh manusia. Allah sengaja menjadikan hati menggantung di bagian tubuh sebelah kiri seperti ember. Jika ditiupkan hawa nafsu padanya, maka ia akan bergerak. Bila ditiupkan bisikan takwa juga akan bergerak. Ia terkadang terkalahkan oleh hawa nafsu dan adakalanya terkendalikan oleh bisikan takwa. Suatu saat ia bisa mencelakakanmu dan di saat yang lain juga dapat memuliakanmu. Kata Rasulullah, "Sesungguhnya hati anak Adam lebih sering berubah-ubah ketimbang periuk yang sedang bergolak di atas api.
" Sebab, berapa banyak hati manusia yang hatinya bersama Allah, lalu ia terpisah dari-Nya dalam satu tarikan napas saja. Betapa banyak ahli ibadah begadang sepanjang malam untuk berkasih-kasihan dengan Tuhannya, tapi begitu terbit matahari tiba-tiba ia mengkhianati-Nya. Hati juga bisa diibaratkan atap sebuah rumah. Jika seseorang membakar api di dalam rumah, maka asap pun akan menjalar ke atas hingga menghitamkannya. Begitu pula jika seseorang menyalakan nafsu dalam tubuh, maka asap dosa itu pun akan merambah ke hati hingga menggelapkannya. Perumpamaan hati yang lain adalah seperti cermin, sedangkan nafsu bagaikan tiupan napas. Setiap hembusan napas menerpa cermin, maka cermin itu menjadi buram dan tidak mengkilat lagi. Seperti itulah hati orang yang berlumur noda.
Sementara hati orang yang bertakwa seperti pengantin perempuan yang cantik jelita. Setiap hari dibersihkan dan diperhatikan hingga tetap suci bersih selamanya. Demikian di antara perumpamaan hati sebagai cermin bagi setiap anak Adam. Setelah sadar benar siapa dirinya, selanjutnya ia harus berusaha mengendalikannya. Misalnya, tatkala ia membaca al-Quran, berzikir, atau berkhalwat, lalu tidak menemukan hatinya hadir, maka menangislah, resapi perasaan malu, dan mohonlah kepada Allah untuk memberikan hati yang khusyuk. Kesucian hati jangan sampai dikotori dengan hal-hal yang merusak, seperti mengumpat, mengadu domba, berbicara kotor, mendengarkan yang haram-haram, melihat sesuatu yang tidak halal, memakan barang yang bukan haknya, dan sebagainya.
Hati sesungguhnya tidak terhalang oleh sesuatu di luar dirinya, melainkan bisa tertutup oleh sesuatu di dalam dirinya. Mata hati akan selalu bercahaya dengan senantiasa memakan barang yang halal, terus menerus berzikir, berkumpul dengan orang-orang ahli hikmah dan ilmu pengetahuan, dan seterusnya. Siapa pun yang menyikapi hatinya sebagaimana petani memperlakukan lahannya, niscaya hatinya akan bersinar dengan cahaya keimanan. Apabila seseorang memelihara hatinya selalu bersih, bening, dan jernih, keseluruhan perilakunya juga akan memantulkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Bak raja, hatilah yang menunjukkan watak dan siapa diri seseorang yang sebenarnya.
" Sebab, berapa banyak hati manusia yang hatinya bersama Allah, lalu ia terpisah dari-Nya dalam satu tarikan napas saja. Betapa banyak ahli ibadah begadang sepanjang malam untuk berkasih-kasihan dengan Tuhannya, tapi begitu terbit matahari tiba-tiba ia mengkhianati-Nya. Hati juga bisa diibaratkan atap sebuah rumah. Jika seseorang membakar api di dalam rumah, maka asap pun akan menjalar ke atas hingga menghitamkannya. Begitu pula jika seseorang menyalakan nafsu dalam tubuh, maka asap dosa itu pun akan merambah ke hati hingga menggelapkannya. Perumpamaan hati yang lain adalah seperti cermin, sedangkan nafsu bagaikan tiupan napas. Setiap hembusan napas menerpa cermin, maka cermin itu menjadi buram dan tidak mengkilat lagi. Seperti itulah hati orang yang berlumur noda.
Sementara hati orang yang bertakwa seperti pengantin perempuan yang cantik jelita. Setiap hari dibersihkan dan diperhatikan hingga tetap suci bersih selamanya. Demikian di antara perumpamaan hati sebagai cermin bagi setiap anak Adam. Setelah sadar benar siapa dirinya, selanjutnya ia harus berusaha mengendalikannya. Misalnya, tatkala ia membaca al-Quran, berzikir, atau berkhalwat, lalu tidak menemukan hatinya hadir, maka menangislah, resapi perasaan malu, dan mohonlah kepada Allah untuk memberikan hati yang khusyuk. Kesucian hati jangan sampai dikotori dengan hal-hal yang merusak, seperti mengumpat, mengadu domba, berbicara kotor, mendengarkan yang haram-haram, melihat sesuatu yang tidak halal, memakan barang yang bukan haknya, dan sebagainya.
Hati sesungguhnya tidak terhalang oleh sesuatu di luar dirinya, melainkan bisa tertutup oleh sesuatu di dalam dirinya. Mata hati akan selalu bercahaya dengan senantiasa memakan barang yang halal, terus menerus berzikir, berkumpul dengan orang-orang ahli hikmah dan ilmu pengetahuan, dan seterusnya. Siapa pun yang menyikapi hatinya sebagaimana petani memperlakukan lahannya, niscaya hatinya akan bersinar dengan cahaya keimanan. Apabila seseorang memelihara hatinya selalu bersih, bening, dan jernih, keseluruhan perilakunya juga akan memantulkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Bak raja, hatilah yang menunjukkan watak dan siapa diri seseorang yang sebenarnya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori nasihat
dengan judul Hati – hati anak ADAM. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://usyahya.blogspot.com/2012/02/hati-hati-anak-adam.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -