.

Janji seorang PEMIMPIN

Rasulullah SAW diakui dunia sebagai seorang pemimpin yang jujur. Bila berjanji kepada masyarakat yang dipimpinnya, ia sesuai dengan tuntunan Allah SWT dalam surat Bani Israil, ''... dan penuhilah setiap janji, sesungguhnya janji itu harus ada pertanggungjawabannya.''

Menurut sebuah hadis riwayat Bukhari-Muslim, Rasulullah SAW pernah berjanji kepada Jabir. Kata Jabir, ''Rasulullah SAW berjanji kepadaku, sabdanya, 'Nanti kalau harta dari Bahrain datang, kau akan kuberi sekian dan sekian'. Ternyata harta yang disebutnya itu tidak kunjung datang sampai Rasulullah SAW wafat.

Dan ketika harta dari Bahrain itu datang (setelah Rasulullah SAW wafat), Abu Bakar menugasi seseorang menyampaikan pengumuman, 'Siapa yang pernah diberi janji oleh Rasulullah SAW atau meminjamkan sesuatu kepadanya, segeralah menghubungi kami'. Maka, aku (Jabir) segera datang menghubungi Abu Bakar dan menyampaikan janji Rasulullah SAW kepadaku. Lalu aku mengambil dua genggam tangan penuh, setelah dihitung ternyata ada 500. Akhirnya Abu Bakar menyuruh aku mengambilnya dua kali lipat.''

Itulah contoh janji pemimpin besar umat Islam. Sebenarnya Rasulullah SAW telah bebas dari pertanggungjawaban janji itu, karena dia telah wafat sebelum datang apa yang menjadi syarat untuk melaksanakan.

Tapi, Abu Bakar sebagai ahli warisnya memandang perlu janji itu dipenuhi, karena saking menghormati janji yang dibuat Rasulullah SAW. Dari peristiwa di atas dapat dipahami bahwa Islam membenarkan umatnya berjanji memberi atau mengerjakan sesuatu kepada seseorang atau orang banyak, dikaitkan dengan keberhasilannya mencapai sesuatu atau kondisi tertentu. Namun, janji Rasulullah SAW itu tidak ada kaitannya dengan pencalonannya sebagai pemimpin.

Adapun janji untuk memberi atau melakukan sesuatu ke satu pihak dikaitkan dengan keterpilihannya sebagai pemimpin, terkesan sebagai sebuah usaha merebut kekuasaan. Ingat kata Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah RA, ''Sungguh kalian akan berebut pengaruh/jabatan atau kedudukan dalam pemerintahan, kelak di hari kiamat hal itu menjadikan kalian penuh penyesalan.''

Besarnya tanggung jawab terhadap sebuah janji mengingatkan umat Islam agar hati-hati membuat janji. Jangan asal berjanji agar apa yang dituju dapat tercapai dan setelah itu janji tinggal janji.

Cukup banyak contoh negatif di tengah masyarakat akibat seseorang atau sekelompok orang memungkiri janjinya. Tidak kurang dari kerugian orang yang menerima janji, yang berjanji mungkir pun dapat menerima risiko atau nasib buruk. Kepercayaan orang bisa semakin hilang, harga diri menjadi jatuh.

Ingatlah Firman Allah, Surat Almaidah ayat 1, ''Hai orang-orang yang beriman, penuhilah setiap kamu berjanji.'' Kekeliruan Bani Israil di zaman Nabi Musa antara lain adalah sikap memungkiri janji. Untuk diwaspadai umat Islam, Rasulullah SAW pernah berkata, ''Tanda orang munafik ada tiga. Pertama berkata dusta, kedua bila diberi kepercayaan ia khianat, dan ketiga bila berjanji ia mungkiri.''
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori nasihat dengan judul Janji seorang PEMIMPIN. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://usyahya.blogspot.com/2012/02/janji-seorang-pemimpin.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown -